Semasa SMA aku pernah ikut latihan pramuka, sekitar 3 bulan
saja. Wajib, itulah alasan utama. Sifat akademisku muncul, demi meraih nilai A
untuk ekstra pramuka pun aku ikuti. Setelah berjalan sesuai waktunya, yang
ingin lanjut dipersilahkan mengikuti latihan pramuka hari sabtu sehabis pulang
sekolah.
Entah angin apa yang menerpaku, kaki ini melangkah mengikuti
alur tanpa tujuan. Dilapangan basket, kami berkumpul. Kakak-kakak mulai
berkenalan satu persatu,mereka kelihatan keren. Ada yang ikut Saka Bhayangkari.
Kak Ahmad yang keliatan macho memainkan “tongkat polisi sakti”. Ngeri tapi
seru.
Lalu, kami dipersilahkan untuk berkenalan dan motivasi
mengikuti Pramuka di SMA Negeri 1 Geger.
“Perkenalkan nama saya Herfina Elya, panggil saja Herfina, motivasi saya
ikut pramuka karena “Panggilan Hati” “ ujarku kala itu.
Aku sempat membenci pramuka juga, dalam konteks sekolahku
saja. Begini ceritanya. Ospek SMA diadakan oleh OSIS SMA, sedang PTA
(Penerimaan Tamu Ambalan ) dilaksanakan oleh Pramuka SMAGER.
PTA diadakan hari jum’at sampai minggu. Bertempat di
lapangan belakang, sejak hari jum’at pagi sudah sangat riuh. Jauh-jauh hari,
peserta disuruh membawa perlengkapan yang diintruksikan. Buah Apel yang belinya
titip lilis sangat ranum. Peserta dikelompokkan secara acak, mulai dari kelas A
yang favorit sampai kelas G yang Gaul.
Pada waktu upacara pembukaan, aku sangat pusing. Langsung
saja menuju barak-barak yang disediakan. Disamping kanan-kiri sudah banyak yang
pingsan. Mungkin mereka belum makan siang, karena aku pun demikian. Kubahasahi
tenggorokan untuk menghilangkan dahaga. Kubaringkan tubuh dimatras.
Seusai upacara, kami membangun tenda yang sudah disediakan
panitia. Dengan ilmu yang sedikit, kami berusaha membangun sebuah tenda. Dan
akhirnya berdiri. Walau dibantu oleh kakak-kakak yang lebih senior.
Langit sore mulai tidak bersahabat. Akhirnya, hujan pun
turun. Deras dan disertai hujan yang kencang.
Kami mulai panik, karena tenda yang kami buat sudah
tergenang oleh air. Dengan jurus-jurus kilat, kami mewadahi tas kami dengan
kresek-kresek.
Dari panggung, kakaknya mengintruksikan untuk meninggalkan
tenda yang tidak layak dan putri menempati kelas 10 A.
Dengan gotong royong, bahu membahu memidahkan barang.
Hujan berhenti, dan acara tetap berlanjut. Seperti biasa,
pramuka belum lengkap kalau belum nyanyi2. Apalagi lagu “sebatas patok tenda”.
Itu serius, ada yang terjadi juga.
Nah, malam pun larut. Kami, disuruh istirahat dan jam 3 akan
dibangunkan. Rally.
Mungkin, aku masuk angin, jadi rasanya sulit tidur.
“Gdor Gdor. Dor Dor, Bangun,
bangun “ Suaranya menggelegar, sontak hal itu membuatku kaget dan trauma.
Ya, sepele mungkin. Tapi hal itu
kadang masih membekas.
Awal Kuliah. Aku kosongan. Waktu jadi mahasiswa baru.
Belum terencana mau ikut, apa. Jadi hanya ikut-ikutan.
Pun, sore itu. Teman, sejurusan yang juga tetanggaku asrama.
Dia B203 dan aku B201.
“ Ayo, daftar pramuka ”
“hmm, oke ”
Kami disambut dengan hangat oleh kakak-kakaknya. Yap.
Ketika
itu sanggar Pramuka masih di gedung M-Web, saat kali PERTAMA saat aku
mengenalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar